Akhir Kisah Nahkoda KM Tampomas II
Peristiwa tenggelamnya KM Tampomas II di Selat Masalembo pada tahun 1981 silam tentunya menyisakan duka bagi para keluarga korban dan bagi masyarakat Indonesia secara umumnya.
Adapun salah satu korban dalam kecelakaan ini adalah Nahkoda dari kapal tersebut,yaitu Kapten Abdul Rivai.
Beliau pada saat itu berusaha keras mempertahankan posisi kapal agar tidak tenggelam dengan cepat.
Sebenarnya beliau sudah tahu bahwa kapal yang dinahkodainya tersebut akan tenggelam,namun dirinya tetap berusaha tenang dan sebisa mungkin tak menunjukkan sikap panik.
Beliau bertanggung jawab penuh sebagai seorang pemimpin dengan memastikan keselamatan diri penumpang sekaligus anak buahnya dengan membagikan pelampung bagi penumpang yang takut terjun ke laut,bagi beliau untuk apa beliau turun kalau belum semua penumpang selamat.
Sampai menjelang akhir tengelamnya kapal tersebut,Kapten Abdul Rivai masih menolong beberapa wanita dan kembali melambaikan tangannya dan masuk kembali ke dalam kapal hingga akhirnya kapal tersebut tenggelam di dasar lautan bersama Kapten Abdul Rivai sang Nahkoda.
Karena tak lagi dikenali,jasad Kapten Abdul Rivai sempat dikuburkan secara massal,bersamaan dengan korban Tampomas II yang lain di Sulawesi.
Namun beruntungnya identitas Kapten Abdul rivai terkuak berkat tanda cincin bertuliskan "Hasanah" yang merupakan nama istri beliau dan jari telunjuk tangan kanan yang memiliki kelainan,sehingga menguatkan fakta bahwa jenazah tersebut adalah jenazah Kapten Abdul Rivai.
Jenazahnya pun langsung diterbangkan ke Jakarta,Minggu,1 Februari 1981 dengan pesawat F-27 milik AURI.
Mendiang Kapten Abdul Rivai dikebumikan di TMP Kalibata,diiringi tembakan salvo oleh 20 prajurit TNI AL.
Berikut ini adalah potret Kapten Abdul Rivai pada saat masih hidup dengan didampingi oleh Hasanah sang istri.
Sumber: Kompas,3 Februari 1981,Hal 12,Kol 1-7.Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpusnas RI (SKALA Team)
Adapun salah satu korban dalam kecelakaan ini adalah Nahkoda dari kapal tersebut,yaitu Kapten Abdul Rivai.
Beliau pada saat itu berusaha keras mempertahankan posisi kapal agar tidak tenggelam dengan cepat.
Sebenarnya beliau sudah tahu bahwa kapal yang dinahkodainya tersebut akan tenggelam,namun dirinya tetap berusaha tenang dan sebisa mungkin tak menunjukkan sikap panik.
Beliau bertanggung jawab penuh sebagai seorang pemimpin dengan memastikan keselamatan diri penumpang sekaligus anak buahnya dengan membagikan pelampung bagi penumpang yang takut terjun ke laut,bagi beliau untuk apa beliau turun kalau belum semua penumpang selamat.
Sampai menjelang akhir tengelamnya kapal tersebut,Kapten Abdul Rivai masih menolong beberapa wanita dan kembali melambaikan tangannya dan masuk kembali ke dalam kapal hingga akhirnya kapal tersebut tenggelam di dasar lautan bersama Kapten Abdul Rivai sang Nahkoda.
Karena tak lagi dikenali,jasad Kapten Abdul Rivai sempat dikuburkan secara massal,bersamaan dengan korban Tampomas II yang lain di Sulawesi.
Namun beruntungnya identitas Kapten Abdul rivai terkuak berkat tanda cincin bertuliskan "Hasanah" yang merupakan nama istri beliau dan jari telunjuk tangan kanan yang memiliki kelainan,sehingga menguatkan fakta bahwa jenazah tersebut adalah jenazah Kapten Abdul Rivai.
Jenazahnya pun langsung diterbangkan ke Jakarta,Minggu,1 Februari 1981 dengan pesawat F-27 milik AURI.
Mendiang Kapten Abdul Rivai dikebumikan di TMP Kalibata,diiringi tembakan salvo oleh 20 prajurit TNI AL.
Berikut ini adalah potret Kapten Abdul Rivai pada saat masih hidup dengan didampingi oleh Hasanah sang istri.
Sumber: Kompas,3 Februari 1981,Hal 12,Kol 1-7.Koleksi Layanan Surat Kabar Langka Terjilid Perpusnas RI (SKALA Team)