Zaman Neolitikum
Zaman Neolitikum juga dikenal dengan zaman batu muda. Zaman ini diperkirakan terjadi pada tahun 2000SM. Pada masa ini, manusia sudah hidup menetap dan mulai bercocok tanam dengan membuka hutan. Hewan-hewan liar juga sudah mulai dijinakkan dan diternak.
Manusia pada masa ini telah menetap dalam satu perkampungan dengan rumah-rumah yang dibangun tidak beraturan. Mereka membangun rumah berdekatan dengan ladang-ladang mereka. Bangunan rumah pada masa ini berbentuk bulat dengan tiang dan atap terbuat dari jerami. Penggunaan tiang pada bangunan mereka ditujukan untuk menghindari bahaya binatang buas dan banjir.
Perkembangan pada masa ini sudah sangat maju, alat-alat yang dihasilkan sudah bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi semua bagiannya telah dihaluskan. Alat-alat yang berhasil mereka kembangkan antara lain: beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, mata panah, gerabah, perhiasan, dan bangunan megaltikum.
Beliung persegi ditemukan hampir seluruh kepulauan Indonesia, terutama bagian barat seperti desa Sikendeng, Minanga Sipakka dan Kalumpang (Sulawesi), Kendenglembu (Banyuwangi), Leles Garut (Jawa Barat), dan sepanjang aliran sungai Bekasi, Citarum, Ciherang, dan Ciparege (Rengasdengklok).
Kapak lonjong ditemukan terbatas hanya di wilayah Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Sangihe-Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanibar dan Papua. Kapak ini umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajaman. Bagian tajaman diasah dari dua arah sehingga menghasilkan bentuk tajaman yang simetris.
Alat-alat obsidian merupakan alat-alat yang dibuat dari batu kecubung. Alat-alat obsidian ini berkembang secara terbatas di beberapa tempat saja, seperti: dekat Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung dan Danau Cangkuang Garut, Leuwiliang Bogor, Danau Tondano (Minahasa), dan sedikit di Flores Barat.
Manusia pada masa ini telah menetap dalam satu perkampungan dengan rumah-rumah yang dibangun tidak beraturan. Mereka membangun rumah berdekatan dengan ladang-ladang mereka. Bangunan rumah pada masa ini berbentuk bulat dengan tiang dan atap terbuat dari jerami. Penggunaan tiang pada bangunan mereka ditujukan untuk menghindari bahaya binatang buas dan banjir.
Perkembangan pada masa ini sudah sangat maju, alat-alat yang dihasilkan sudah bagus. Meskipun masih terbuat dari batu, tetapi semua bagiannya telah dihaluskan. Alat-alat yang berhasil mereka kembangkan antara lain: beliung persegi, kapak lonjong, alat-alat obsidian, mata panah, gerabah, perhiasan, dan bangunan megaltikum.
Beliung persegi ditemukan hampir seluruh kepulauan Indonesia, terutama bagian barat seperti desa Sikendeng, Minanga Sipakka dan Kalumpang (Sulawesi), Kendenglembu (Banyuwangi), Leles Garut (Jawa Barat), dan sepanjang aliran sungai Bekasi, Citarum, Ciherang, dan Ciparege (Rengasdengklok).
Kapak lonjong ditemukan terbatas hanya di wilayah Indonesia bagian timur seperti Sulawesi, Sangihe-Talaud, Flores, Maluku, Leti, Tanibar dan Papua. Kapak ini umumnya lonjong dengan pangkal agak runcing dan melebar pada bagian tajaman. Bagian tajaman diasah dari dua arah sehingga menghasilkan bentuk tajaman yang simetris.
Alat-alat obsidian merupakan alat-alat yang dibuat dari batu kecubung. Alat-alat obsidian ini berkembang secara terbatas di beberapa tempat saja, seperti: dekat Danau Kerinci (Jambi), Danau Bandung dan Danau Cangkuang Garut, Leuwiliang Bogor, Danau Tondano (Minahasa), dan sedikit di Flores Barat.